Halaman

Rabu, 29 Juni 2011

Laporan Mutiara LIPI Lombok Barat

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Tiram mutiara (pinctada maxima) merupakan komoditas perdagangan internasional yang harganya mahal dan sukar dijanngkau oleh golongan ekonomi menengah  kebawah. Sebagian besar produksi tiram mutiara merupkan hasil tanngkapan alam yang dilakukan dengan penyelaman.
            Usaha memburu mutiara asli dari alam sudah berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu di Asia Selatan seperti di Samudra Hindia, Pasifik Selatan, Laut merah, Teluk Persia dan perairan sekitar Srilangka. Namun usaha pembudidayaannya baru dimulai pada abad ke-13 yaitu di Provinsi Kiangsu, Sanghai Utara dengan menggunakan kerang/remis air tawar sebagai inti (nukleus).
            Pengembanngan budidaya laut di Indonesia untuk waktu yang akan datang adalah sangat penting artinya bagi sektor perikanan dan merupakan salah satu prioitas yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan dari sector perikanan, apalagi ditunjang potensi sumber daya alam yang tersedia cukup luas. Bila potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka dapat meningkatkann devisa negara dan membantu menjaga kelestarian sumber daya alam hayati perairan.
            Dalam pengembangan  budidaya tiram mutiara di Indonesia permasalahan utamanya adalah adanya kendala yang disebabkanoleh langkanya tenaga ahli yang berkecimpung dalam bidang budidaya ini, sehingga perusahaan yang ada di dalam negri lebih banyak mendatangkan tenaga ahli dari negri lain seperti Jepng dan Arab. Oleh karena itu, budidaya tiram mutiara terus dipicu dan digalakan pengembangannya.
            Di Negara-negara yang telah maju dalam pembudidayaan mutiara seperrti jepang, industri mutiara tidak saja dilakaukan oleh perusahan-perusahaan besar, tetapi sudah mengaarah pada industri skala rumah tangga yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga.

2.1 Tujuan Praktikum
            Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui secara langsung kegiatan dalam unit budidaya kerang mutiara serta dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Tiram Mutiara
            Tiram mutiara (Pinctada maxima) memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang belakang dan sangat lunak.  Tiram mutiara (Pinctada maxima) secara taxonomi dimasukkan dalam Kingdom Invertebrata yang berarti hewan tak bertulang belakang dan Phyllum Mollusca yang berarti bertubuh lunak.(Sutaman, 1993)
            Klasifikasi tiram mutiara (Pinctada maxima) menurut Burnes, et.all (1988) dan Macdonald, (1982) dalam Anonimus, (2003) adalah sebagai berikut :
Phillum            : Mollusca
Kelas               : Bivalvia
Sub Kelas        : Lamellibranchiata
Ordo                : Pteriida
Sub Ordo        : Pteriomorpha
Famili              : Pteriidae
Sub Famili       : Pteriacea
Genus              : Pinctada/Pteria
Spesies            : Pinctada sp./Pteria sp.
Selain Sub kelas Lamellibranchiata sebenarnya masih ada 5 kelas lagi, yaitu : Monoplacophora, Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda,dan Cephlopoda. Sedangkan jenis-jenis tiram mutiara yang ada di Indonesia adalah : Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucuta, P.chemnitis, dan Pteria penguin. Tetapi sebagai penghasil mutiara yang terpenting ada tiga jenis, yaitu jenis Pinctada maxima, P. margaritifera, dan Pteria penguin. (Sutaman, 1993)
      Umumnya setelah dewasa, warna cangkang menjadi kuning tua sampai kuning kecoklatan. Warna garis radier biasanya sudah memudar. Cangkang bagian dalam (nacre) berkilau dengan warna putih keperakan. Bagian tepi nacre (nacreous-lip) ada yang berwarna keemasan sehingga sering disebut gold-lip pearl oyster sedangkan yang berwarna perak disebut silver-lip pearl oyster. Pada bagian luar nacre (non-nacreous border) berwarna cokelat kehitaman (Sudjiharno, 1997).

2.2 Sistem Pemeliharaan
1 Pemeliharaan Larva Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
            pemeliharaan larva hingga sepat akan berhasil jika memperhatikan terjadinya periode keritis.  Selama pertumbuhan, larva mengalami 3 kali periode keritis.  Pertama, pada saat fase Veliger yaitu pertama kali larva makan sehingga memerlukan pakan yang sesuai dengan bukaan mulut.  Kedua, terjadi pada fase Umbo yaitu fase dimana larva sangat sensitif, ditandai dengan penonjolan umbo, terutama fase umbo akhir atau bintik hitam (eye spot).  Dan yang ketiga terjadi pada fase Plantigrade yaitu pada saat larva mengalami perubahan kebiasaan hidup dari sifat planktonis (spatfall) menjadi spat yang hidupnya menetap (sesil bentik) di dasar.
A.  Perkembanga awal larva tiram mutiara (Pinctada maxima)
            Proses pembelahan sel terjadi setelah 40 menit pembuahan atau setelah penonjolan polar I dan polar II.  Lima menit kemudian sel mulai membelah menjadi 2 sel, lalu 13 menit berikutnya sel membelah menjadi 4.  Pembelahan berikutnya menjadi 8 sel, 16 sel, 32 sel, dan sel terus membelah menjadi multisel atau mencapai fase morulla setelah 2,5 jam.  Pada setiap mikromernya (bagian organ tubuh) berkembang sila kecil-kecil yang berfingsi membantu embrio bergerak.  Fase blastula dicapai setelah larva berumur 3,5 jam.  Pada fase gastrula (umur 7 jam) bentuknya seperti kacang hijau, bersipat fotogenetik, dan bergerak menggunakan silia.  Beberapa menit setelah sislia menghilang, fase gastrula berakhir dan selanjutnya bermetamorfosis menjadi trochofor.







Penonjolan polar I                                                      Penonjolan polar II










Pembelahan dua sel                                                   Pembelahan empat sel






Fase morula                                                                        Fase trochofor

Gambar 1 : Proses perkembangan embrio tiram mutiara (Pinctada maxima).  (Tjahjo, 2004)


B.  Perkembangan larva tiram mutiara (Pinctada maxima)
Di dalam perkembangan larva tiram mutiara (Pinctada maxima) terdapat 5 fase metamorfosis, antara lain :
1.      Fase Veliger atau larva bentuk D (D shape)
                  Dicapai setelah larva berumur 18-20 jam. Pada fase ini larva mulai diberi pakan mikroalga. Larva fase veliger bersifat fotopositif sehingga tampak berenang-renang di sekitar permukaan air.
2.      Fase Umbo
            Dicapai setelah larva berumur 12-14 hari, ditandai dengan adanya tonjolan (umbo) pada bagian dorsal. Pada fase ini padat penebaran di kurangi dengan jumlah 3-5 ekor /cc.









Gambar 2 : Larva fase umbo. (Tjahjo, 2004)

3.      Fase Bintik Hitam (eye spot)
            Dicapai setelah larva berumur 16-17 hari, posisi eye spot berada di sebelah bawah primordial kaki.
4.      Fase Pediveliger atau Umbo akhir
            Dicapai setelah larva berumur 18-20 hari. Pada fase ini larva mulai mencari tempat untuk menempel atau menetap.
5.      Fase Plantigrade
            Dicapai setelah larva berumur 20-22 hari. Ditandai dengan tumbuhnya cangkang baru sepanjang pripheri dan memperoduksi benang-benang bisus untuk menempelkan diri pada substrat.
                                                            Bisus







 




                                                                                Garis pertumbuhan
 

                             Umbo
Gambar 3 : Larva fase plantigrade. (Tjahjo, 2004)
                  Penempelan adalah proses tingkah laku yang ditunjukkan oleh larva fase akhir.  Pada mulanya larva menggunakan kakinya untuk berenang dan bergerak berlahan-lahan saat akan menempel pada substrat.  Jika jenis substrat yang di tempati cocok maka larva akan menempel.  Selanjutnya akan terjadi proses metemorfosisi, yaitu larva berubah menjadi spat (jupenil).  Secara keseluruhan proses ini disebut menempel (setting) atau periode spatfall (Tjahjo, 2004).

2.3 Manfaat Tiram Mutiara
Setiap jenis kerang mutiara menghasilkan mutiara dengan spesifikasi yang berbeda. Pinctada maxima menghasilkan mutiara relatif lebih besar dari semua jenis kerang penghasil mutiara, berwarna perak, emas dan krem. Jenis ini banyak dibudidayakan di Indonesia, Birma, Thailand dan Australia. Sedangkan kerang jenis Pinctada margaritifera merupakan primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara yang dihasilkannya bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna hitam merupakan warna yang diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian harganya sangat mahal. Diameter mutiara yang dihasilkan umumnya lebih kecil daripada yang diproduksi Pinctada maxima (Mamangkey, 2006).
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara (Anonim, 2008).



III. METODE PRAKTIKUM

3.1.  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Mei 2009 bertempat di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Teluk Kodek Lombok Utara.

3.2 Metode Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei langsung di lokasi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI)-Lombok. Data primer diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung di lapangan dan melakukan wawancara secara mendalam (debt interview) dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan kegiatan budidaya di lokasi lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (budidaya tiram mutiara).





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Keadaan Umum Lokasi
Perairan pantai Teluk Kodek termasuk kawasan wilayah Kecamatan Pemenang Barat yang memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang sekarang menjadi daerah wisata yaitu Desa Gili Indah yang terdiri dari Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno. Perairan pantainya cukup jernih dan memiliki terumbu karang dan lamun serta kondisi oseanografinya secara teori cocok untuk pengembangan budidaya kerang mutiara. Dikawasan perairan inilah LIPI melakukan usaha budidaya kerang mutiara Pinctada maxima. Selain LIPI terdapat pula perusahaan swasta yang ikut memanfaatkan kawasan perairan Teluk Kombal sebagai lahan budidaya kerang mutiara yaitu PT. Autore Pearl Culture – Malaka  dan PT. Bima Sakti.

4.1.2 Teknik Pemeliharaan Kerang Mutiara
Tabel.1 Pembudidayaan Kerang Mutiara

No.
Jenis Kegiatan
Keterangan

1.
Pengelolaan induk
Ø  Induk kerang bisa berasal dari alam ataupun hasil budidaya.
Ø  Jika induk diambil dari alam maka perlu dilakukan aklimatisasi
Ø  Induk ditempatkan pada keranjang kemudian digantungkan pada rakit apung dengan kedalaman 4-5 meter.
Ø  Induk dibersihkan dengan cara disikat atau dikerik dengan pisau setiap 2-3 bulan sekali.

2.
Seleksi Induk
Ø  Dipilih induk yang telah matang gonad penuh yaitu gonadnya terlihat menggembung dan seluruh permukaan organ bagian dalam tertutup oleh sel gonad kecuali bagian kaki.
Ø  Ukuran induk antara 17-20 cm.
Ø  Cangkang berwarna terang dan tidak rusak atau cacat.                                               

3.
Pemijahan
Ø  Bak pemijahan ditempatkan diruangan yang sangat gelap.
Ø  Jantan memijah terlebih dahulu kemudian setelah 20-60 menit baru induk betina.
Ø  Diberi aerasi agar telur tidak jatuh kedasar bak dan tercampur bersama kotoran.
Ø  Setelah 1-2 jam, telur dipanen dengan cara penyifonan dan menggunakan alat berupa plankton net berlapis yang terdiri dari mata saringan berukuran 80, 40, dan 20 mikrometer.
Ø  Telur dibilas dengan air laut bersih kemudian dipindahkan ke bak penetasan atau bak pemeliharaan larva.

4.
Pemeliharaan larva
Ø  Diberi pakan berupa mikroalga tetra sermis tetra thele/ chaetoceros sp
Ø  Kualitas air dijaga dengan mengganti air setiap 23 hari sekali sebanyak 50-100% dan sebelumnya air harus disterilkan.
Ø  Menggunakan bak pemeliharaan larva berkapasitas muat 2 ton.

5.
Pendederan
Ø  Dilakukan selama kurang lebih 3 bulan atau sampai tiram mencapai ukuran dorso-ventral 2-3 cm.
Ø  Tiram dimasukan kedalam poket kemudian dibungkus dengan waring dengan lebar mata 1-2 mm
Ø  Pemeliharaan dilakukan dengan tali rentang dan digantungkan dengan kedalaman 3-4 m.
Ø  Saat ukuran tiram mencapai 8-10 digunakan waring dengan lebar mata 2 mm.
6
Pembesaran
Ø  Digunakan poket yang dibungkus waring dengan mata jaring berukuran 1 cm.
Ø  Setiap poket dapat isi sekitar 25-30 ekor tiram.
Ø  Setiap 1-2 bulan cangkang tiram harus dibersihkan dengan menggunakan mesin penyemporot.
Ø  Tiram digantungkan ke tali rentang dengan kedalaman 5—6 m.




























4.2 Pembahasan
4.2.1 Keadaan Umum Lokasi
            Keadaan perairan sekitar teluk kodek tidak cocok dijadikan sebagai tempat pembudidayaan kerang mutiara. Sebab keadaan perairan yang ramai dengan berbagai aktivitas masyarakat sekitar. Selain itu, wilayah perairan disekitar teluk kodek (LIPI) memiliki arus yang cukup kuat dengan suhu yang berfluktuasi (suhu yang mendukung berkisar 26-270C), serta adanya aliran air tawar yang berasal dari sungai yang ada di sekitar. Air yang berasal dari sungai seringkali membawa polutan dan limbah-limbah rumah tangga serta pertanian, hal ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bahkan bisa menyebabkan kematian dari pada kerang mutiara tersebut.
            Penggunaan perairan teluk kodek sebagai tempat pengembangan mutiara, semata-mata karena pengembangan riset atau penelitian. Sebagai lembaga independen yang bergerak dalam bidang keilmuan, lembaga ini berkewajiban melakukan riset demi kemaslahatan umat manusia.
            Dalam penentuan lokasi budidaya kerang mutiara, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:
Ø  Lokasi harus jauh dari aliran sungai (muara sungai),
Ø  Lokasi harus terhinadar dari arus dan ombak yang besar,
Ø  Lokasi terhindar dari pencemaran,
Ø  Lokasi jauh dari lokasi pemukiman penduduk agar tetap aman, baik dari pencurian ataupun pencemaran.
            Faktor-faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya kerang mutiara, diantaranya:
  1. Faktor Alam
            Laut merupakan bagian dari lokasi usaha dan terbuka dengan pengaruh luas, seperti hujan, badai, gelombang dan pasang surut merupakanhal-hal yang perlu dipelajari. Cara pengendalian tidak dapat dilakukan oleh tangann-tangan terampil atau alat-alat terampil. Oleh karena itu guna menunjang keberhasilan dalm budidaya kerang mutiara, faktor alam harus mendukung. Lokasi yang memnuhi syarat dalam hubungan dengan faktor alam tersebut adalah sebagai berikut:
-          Terlindung dari pengaruh angin musim, gerakan arus dan gelombang yang besar.
-          Bebas dari pengaruh banjir yang dapat menimbulkan kekeruhan dan perubahan salinitas.
  1. Sumber Pencemaran
            Limbah pertanian dan penduduk adalah pencemaran yang seering mengancam kehidupan kerang mutiara. Liumabah ryumah tangga berupa deterjen baik cair maupun padat. Sisa-sisa makanan dan berbagai jenis aktivitas manusia dapat menyebabkan kematian bagi kerang mutiara. Limbah pertanian atau peternakan  yang berupa sisa-sisa kotoran dapat memngganggu perutumbuhan. Lokasi budidaya kerang budidaya ini jauh dari pengaruh limbah industri namun dekat dengan lokasi kegiatan nelayan yang ada disekitar lokasi budidaya.
  1. Keamanan
            Pencurian dan sabotase merupakan satu hal yang sering terjadi dalam pembudidayaan kerang mutiara, baik di darat maupun di laut, hal ini terkait dengan penggunaan perairan yang bersifat terbuka. Permasalahan yang berhubungan dengan masyarakat sangat berpotensi terjadi sebagai akibat adanya tuntutan moril sebagai akibat dari keberadaan kegiatan budidaya ini.

4.2.2 Teknik Pemeliharaan Kerang Mutiara
            Pengembangan kerang mutiara yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan semata-mata memiliki tujuan pengabdian kepada negara dan khususnya masyarakat dalam hal ini menitik beratkan pada riset. Teknik yang diterapkan bermacam-macam, mengacu pada penelitian yang sedang dijalankan guna menemukan hal yang mendasari suatu permasalahan dalam kegiatan budidaya.

1. Pengumpulan Induk Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
            Sebagian besar induk-induk yang ada berasal dari hasil pembenihan dan hanya beberapa saja yang berasal dari alam.






Gambar 4 : Induk tiram mutiara (Pinctada maxima)
2. Pemeliharaan Induk Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
            Metode pemeliharaan induk yang diterapkan di PT. Autore Pearl Culture – Malaka adalah metode pemeliharaan induk di laut, dengan cara-cara sebagai berikut : Induk yang baru datang dibiarkan dahulu sambil mempersipkan keranjang kawat yang berukuran 60 cm x 120 cm sebgai alat pemeliharaan. Induk tiram mutiara (Pinctada maxima) dikeluarkan dari kotak sterofoam dan bisa langsung dimasukkan ke dalam keranjang kawat. Penempatan induk pada keranjang kawat diletakakan dengan posisi dorsal menghadap ke bawah dan diletakkan secara selang-seling. Induk yang sudah berada di dalam keranjang kawat di gantung pada rakit apung dengan kedalaman 7-8 m dari permukaan air laut. Secara periodik setiap bulan induk dibersihkan dari hama penempel yang ada di cangkang dengan menggunakan pisau dan sikat kawat. Setelah bersih induk dimasukkan kembali ke dalam keranjang kawat yang bersih dan digantung kembali.






 
  5                                                                          6
Gambar :
5         Posisi induk tiram mutiara (Pinctada maxima)  di dalam keranjang kawat
6.     Rakit apung atau rumah apung tempat pemeliharaan induk tiram utiara (Pinctada maxima)

3. Pemijahan Induk Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
            Tahapan-tahapan pemijahan induk tiram mutiara (Pinctada maxima) di LIPI meliputi persiapan meja pemijahan, seleksi induk, pmijahan, dan pemanenan telur.
A.  Persiapan meja pemijahan
            Meja pemijahan yang di gunakan adalah meja kayu yang berukuran 3 m x 0,5 m x 1,25 m dan di bagian atas dilapisi dengan fibergelass.
















Gambar 7 : Meja pemijahan

Langkah-langlah persiapan meja pemijahan, antara lain :
a.       Mencuci meja pemijahan dengan sabun dan membilasnya sampai bersih hingga aroma sabun hilang.
b.      Mencuci ember-ember penampungan telur dan meletakkannya di bawah selang pengeluaran telur.
c.       Memasang saringan pelankton net 45 mikron pada bagian atas ember penampungan telur.
d.      Memastikan keran di setiap selang pengeluaran telur tertutup rapat.
B.  Seleksi induk tiram mutiara (Pinctada maxima)
                  Seleksi induk dilakuakan  di atas rumah apung pada hari pemijahan, yaitu pada pagi hari sampai mendapatkan induk yang matang gonad penuh atau gonad stadia IV.  Idealnya, untuk pemijahan tiram mutiara (Pinctada maxima) harus di seleksi 10 induk betina dan 15-20 induk jantan.  Hal-hal yang dilakukan dalam penyeleksian induk tiram mutiara (Pinctada maxima) meliputi :
a.       Induk-induk di dalam keranjang kawat dinaikkan ke atas rakit dan di keluarkan.
b.      Induk-induk yang akan di seleksi di letakkan di dalam bak berukuran 30 cm x 20 cm x10 cm tanpa air, dengan posisi dorsal di bawah.
c.       Tunggu beberapa saat sampai induk membuka cangkang sebagian, gunakan alat pembuka cangkan untuk menahan agar cangkang tertahan terbuka lalu gunakan baji untuk mengganjal agar cangkang tetap terbuka.
d.      Untuk melihat posisi gonad digunakan spatula, posisi gonad seringkali ditutup oleh insang.  Dengan spatula insang di sibakkan hingga gonad terlihat jelas.
e.       Secara fisual dapat di ketahui tingkat kematangan gonad pada tiram mutiara. Kondisi gonad yang matang penuh atau stadia IV adalah jika seluruh permukaan organ bagian dalam tertutup oleh gonad kecuali bagian kaki.
C.  Pemijahan induk tiram mutiara (Pinctada maxima)
      Pemijahan dilakukan di hatchery, berdekatan dengan tanki-tanki pemeliharaan larva.  Sebelum dipijahkan induk tiram mutiara dibersihkan terlebih dahulu denagan menggunakan pisau dan sikat kawat.  Induk yang sudah bersih diberi kode betina atau jantan dengan sepidol.  Metode pemijahan induk tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah Induk betina di letakkan di meja pemijahan dengan posisi ventral menghadap ke lubang pengeluaran zigot (sel telur) dan di isi dengan air laut yang sudah melewati saringan 1 mikron UV (Ultra Violet). Induk jantan diletakkan dalam ruangan ber-AC selama 30-40 menit yang bertujuan untuk menurunkan suhu induk jantan. Induk jantan diletakkan juga di meja pemijahan bersamaan dengan induk betina. Saat cangkang mulai membuka dan mengeluarkan mantel dilakukan sirkulasi air, seringkali induk jantan mengeluarkan sperma setelah perlakuan ini. Jika jantan tidak mengeluarkan sperma, maka salah satu induk jantan dikorbakan untuk diambil spermanya, yaitu dengan cara sebagai berikut :
¯  Pisau dimasukkan antara cangkang kiri dan kanan.
¯  Otot induk dipotong dengan hati-hati untuk mencegah terpotongnya hetopankreas dan gonad.
¯  Setelah terpotong dan gonad terlihat, potong gonad dengan pola menyilang.
¯  Keluarkan sperma dari gonad dengan menggunakan pipet.
¯  Sperma di campur ke dalam 1 liter air laut yang sudah melewati saringan 1 mikron UV dan beri 1 atau 2 tetes amonia .
¯  Cek campuran sperma dengan mikroskop jika aktif atau tidak, jika tidak tambahkan ammonia.
            Campuran sperma disemprotkan ke organ tubuh induk jantan yang lain dengan menggunakan pipet dengan tujuan untuk meransang induk jantan yang lain mengeluarkan sperma. Suhu air dinaikan hingga 28-30 derajat celcius (suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tiram mutiara mati). Sebagai respon terhadap kehadiran sperma, induk betina biasanya mengeluarkan zigot (sel telur) 20-30 menit setelah sperma induk jantan keluar.

D.  Pemanenan telur tiram mutiara (Pinctada maxima)
      Pemanenan telur dilakukan langsung pada saat induk mengeluarkan zigot (sel telur).  Tata cara pemanenan telurnya adalah Setiap kali induk betina mengeluarkan zigot, zigot disedot dengan cara membuka keran pada selang pengeluaran zigot.  Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai ember penampungan zigot penuh. Jika ember penampungan zigot penuh ganti dengan ember baru yang kosong.  Kegiatan ini dilakukan sampai induk betina selesai mengeluarkan zigot. Aduk zigot di dalam ember dengan hati-hati dan ambil sample zigot dengan menggunakan pipet. penghitungan jumlah kepadatan zigot dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Setelah itu dipindahkan zigot ke dalam tanki pemeliharaan larva yang berisi air laut (sudah melewati saringan 1 mikron UV dan sudah diberikan cairan EDTA dan calsium dengan perbandingan 0,5 : 1 liter) dengan kepadata 10-30 sel / cc.








Gambar 8 : Alat penghitung larva dan pipet.

4. Pemeliharaan Larva Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
            Pemeliharaan larva di mulai sejak larva mencapai stadia D, kira-kira 18-20 jam setelah pembuahan.  Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pemeliharaan larva antara lain :
a.       Air di dalam tanki dikeluarkan melalui saluran outlet.
b.      Air yang keluar disaring dengan saringan planktonnet 44, 90, dan 125 yang disusun.
c.       Larva yang tersaring dipindahkan ke dalam ember yang berisi 20 liter air laut yang sudah melewati saringan 1 mikron UV.
d.      Air yang berisi larva diaduk dengan hati-hati dan ambil sample larva dengan menggunakan pipet sebanyak 1 cc lalu taruh sample larva di atas alat penghitung larva.
e.       Taruh alat penghitung larva di mikroskop.
f.        Hitung jumlah larva.

Contoh metode penghitungan larva dalam 20 liter air!
            Rumus menghitung larva


 

Jumlah larva (spesies) x  jumlah air (liter)

¯  Misalkan jumlah larva dalam 1 cc air laut adalah 190 spesies (1 liter = 1000 cc), maka jumlah larva di dalam 20 liter air dapat di ketahui dengan cara :
 
190 spesies  x 20 liter (20.000 cc) = 3.800.000 spesies dalam 20 liter laut
Jadi di dalam 20 liter air laut terdapat 3.800.000 spesies larva

g.      Tebar kembali larva ke dalam tanki pemeliharaan yang sudah berisi air laut (sudah melewati saringan 1 mikron UV) dan sudan diberi larutan EDTA dan calsium (perbandingan 0,5 : 1 liter).
h.      Hidupkan aerasi dengan tekanan kecil.
i.        Pakan diberikan 2 kali sehari (pagi dan malam).
j.        Setiap 2 hari sekali air di dalam tanki pembesaran larva di ganti.
1,60 cm


saluran outlet

    2 m                                        saringan planktonnet

wadah peletakan
saringan planktonnet

Gambar 9 : Tanki pemijahan dan metode penyaringan larva
Setelah larva ditebar kembali ke dalam tanki pemeliharaan, larva sudah bisa mulai di berikan pakan berupa campuran alga dari jenis Chaetocerous calcitran, Chaetocerous gracilis, Chaetocerous simplex, Chaetocerous amami, Isochrysis galbana, Isochrysis Tahiti, Pavlova.
            Setiap 2 kali sehari larva di cek dengan menggunakan mikroskop, selama fase berenang dalam siklus hidup larva, hanya ada 3 parameter yang perlu di evakuasi, yaitu  Warna usus harus coklat gelap dan seharusnya tidak boleh ada kekosongan dalam lingkaran usus, Pinggiran cangkang harus kelihatan garing dan bersih.  Adanya kotoran di sepanjang pinggiran cangkang menandakan adanya kontaminasi bakteri dan miroorganisme lain yang dapat menyebabkan setres dan kematian masal dan pertumbuhan larva diperiksa setiap hari, selama tahap berenang rata-rata panjang cangkang menungkat antara 5-15 mikron setiap harinya.
Pada saat larva sudah mencapai stadia umbo, ukuran saringan diganti dengan ukuran 90, 125, dan150 mikron.  Pada fase ini kepadatan larva menjadi 2 kali lipat, sehingga kepadatan larva perlu di kurangi menjadi 6-7 juta larva / 5 ton air laut.

5. Penempelan Spat Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
            Larva sudah cukup umur dan siap untuk menempel bila sudah berkembang sampai pada tahap eye spot dan kaki.  Pada tahap ini larva disebut Pedipeliger dan biasanya memiliki panjang cangkang 240 mikron, pada tahap ini saringan planktonnet yang digunakan untuk menyaring larva adalah saringan planktonnet berukuran 125, 150, dan 250.
            Larva kelihatan mencolok mulai dari hari ke 16-18.  Di saat eye spot berwarna merah tua dan memiliki diameter 10 mikron, berarti kira-kira 24 jam lagi larva siap untuk menempel dan kolektor harus sudah terpasang.







Gambar 10 : Kolektor tempat menempelmya tiram mutiara (Pinctada maxima)
            Kolektor-kolektor ini dimasukkan dalam tanki penempelan dengan cara di gantung secara vertical pada 3 batang balok kayau yang berukuran 2 m, 2,5 m, dan 2 m yang diletakkan secara berjejer di atas mulut tanki pemeliharaan larva dan beberapa buah kolektor diletakkan di dasar tanki.  Jarak gatung kolektor pada balok kayu adalah 5 cm.  Dibutuhkan 85 kolektor di dalam 1 tanki yang dapat menampung 5 ton air laut.
            Pemindahan larva dari tanki pemeluharaan ke tanki penempelan dilakukan dengan cara memyaring larva dengan saringan planktonnet 125, 150, dan 250.  Kemudian larva dipindahkan ke dalam ember yang berisi air laut yang sudah melewati saringan 1 mikron UV sebanyak 20 liter.  Kemudian larva di hitung dan di tebar kembali dalam tanki penempelan (kepadatan larva yang ideal untu menempel adalah 3-4 juta larva / 5 ton air laut).  Selama masa penempelan aerasi di tambah menjadi 5 titik.
Penempelan larva biasanya lengkap dalam 3 hari, tetapi kadang-kadan sampai 1 minggu.  Saat penempelan sudah selesai, aerasi dijalankan lebih kencang, yang bertujuan untuk menyediakan suplai oksigen yang cukup untuk larva.  Setiap hari dilakukan pergantian air dan sirkulasi secara bergilir sampai sepat berukuran 1 mm atau lebih.  Pada saat spat sudah menempel jumlah pakan ditingkatkan.


Balok kayu

kolektor

mulut yanki

dasar tanki



 

kolektor



Gambar 11 : Posisi peletakan kolektor (tampak atas)
            Salah satu kendala yang sering dihadapi pengusaha budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) di perairan Nusa Tenggara Barat adalah kematian massal yang diakibatkan oleh arus dingin, yang nelayan setempat menyebutnya angin sayong. Ukuran anakan kerang yang rentan terhadap arus dingin ini adalah yang berukuran cangkang 3-4 cm.
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M.S Hamzah dkk tahun 2008 (LIPI), hasil pengamatan anakan kerang mutiara dalam kondisi sehat (Gbr 12) yang diindikasikan dengan mantel terbuka lebar, Hasaky tumbuh lebar dan bysus kuat melekat pada substrat. Pada periode masa karantina selama 4 hari pada kondisi suhu media antara 26-270C di Laboratorium, diberikan pakan dan diaerasi. Hasilnya memperlihatkan bahwa paersentasi kelangsungan hidup mencapai 100%. Sementara perentase perlakuan pada masing-masing perlakuan suhu (Gbr 13) hanya bisa bertahan selama 2 hari, dan pada hari berikutnya mulai mengalami kematian, sehingga pada hari ke 8 penelitian tersisa 4% yang hidup tercatat pada perlakuan suhu 28-28,50C. Sedangkan sampel yang diletakan di laut pada kedalaman 7m (sebagai kontrol) dengan kisaran suhu pada saat pengamatan antara 26,7-27,20C semuanya hidup (kelangsungan hidup 100%).
            Dengan demikian jelaslah bahwa kematian massal anakan kerang dengan ukuran lebar cangkang antara 3-4cm di laut adalah diduga kuat dipicu oleh perubahan kondisi suhu berubah secara ekstrim dengan gradien suhu lebih besar atau sama dengan 20C.

 
                                                                            





   Gambar.12 kondisi sampel anakan kerang mutiara     Gambar. 13 persentasi kelangsungan hidup anakan
                        Pada saat diseleksi di laut.                                                   Pada saat suhu media naik secara eks-
                                                                         Trim sesuai denagan kisaran perlakuan
                                                                          suhu





 










          Gambar.14 Dampak perubahan kondisi suhu secara ekstrim pada kerang mutiara (Pinctada maxsima)
 
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan         
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Suhu optimal untuk budidaya tiram mutiara Pinctada maxima berkisar antara 26 -270C.
2.      Permasalahan utama dalam budidaya tiram mutiara di Nusa Tenggara Barat adalah perubahan cuaca yang ekstrim yakni arus dingin (angin sayong), predator,  dan hama tingkat tinggi (pencurian).
3.      Teluk Kodek secara teori sebenarnya sudah cocok sebagai lokasi budidaya tiram mutiara akan tetapi, karena berdekatan dengan pemukiman penduduk dan Gili Indah yang merupakan tempat wisata sehingga daerah sekitar lokasi budidaya menjadi terlalu ramai oleh aktivitas manusia yang  menyebabkan penurunan kualitas air dari teluk kodek tersebut.
  1. Kegiatan budidaya dimulai dari pengambilan indukan dari alam (domestifikasi)  hingga manajemen kualitas dari hasil budidaya itu sendiri (operasi).
  2. Kegiatan budidaya pada LIPI bertujuan untuk menghasilkan teknologi baru atau penelitian (riset) dalam budidaya dan bukan untuk komersial.
6.      Salah satu kelemahan dalm budidaya kerang mutiara di NTB adalh lemah dan kurangnya sumberdaya manusia.
7.      Kerang mutiara didalam pembudidayaannya di laut harus terhindar dari gesekan.

5.2 Saran
1.      Gunakan waktu dengan seefisien mungkin agar tidak mengganggu jalannya kuliah.
2.      Diperbaiki permasalahan regulasi izin praktikum agar mahasiswa tidak bolos dalam kuliah.





DAFTAR PUSTAKA

       Anonim, 2008. Budidaya Mutiara. www.ikanmania.wordpress.com. Diakses                                           tanggal 16 Mei 2009.
         Anonimus, 2003. Pelatihan Pemijahan Dan Pendederan Kerang Mutiara.                                            Direktorat Jenderal Perikanan Budaya. Departemen Kelautan Dan                                                  Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
         Mamangkey, G. 2006. Kerang Penghasil Mutiara. Penerbit Tarsito. Bandung.

         Sudjiharno. 1997. Rekayasa Teknologi Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada                                         maxima). Direktorat Jenderal Perikanan. Yogyakarta.
         Sutaman, 1993. Tiram Mutiara Teknik Budidaya Dan Proses Pembuatan Mutiara.                               Kanisus. Yogyakarta. 93 halaman.
         Tjahjo, M.Si., 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Swadaya. Jakarta. 95       halaman.

























LAMPIRAN


I.            Denah loksi budidaya kerang mutiara Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia    (LIPI)-Lombok.
 



































            II. Skema tali rentang poket kerang mutiara (Pinctada maxima)