Halaman

Rabu, 22 Juni 2011

laporan manisan kering rumput laut


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah  satu  sumberdaya  hayati  laut  Indonesia  yang  cukup  potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma cottonii di wilayah perairan pantai.
            Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan  adalah  dengan  menggunakan  metode  rakit  apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method). Dengan kedua metode ini petani rumput laut dapat meningkatkan produksi rumput laut, disamping dari pengambilan secara langsung di alam. Akan tetapi pengetahuan masyarakat, khususnya petani rumput laut masih sangat kurang dalam pengolahan rumput laut sehingga dapat bernilai tinggi.
Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan  atau  sebagai  bahan  tambahan  untuk  industri  makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh nelayan hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan harus diolah lagi menjadi bentuk dan jenis makanan lain, di antaranya pudding cendol, sari buah, sauce, es krim, manisan  dan lain sebagainya (Indiarni dan Sumiarsih, 1992).
Menurut departemen perindustrian dan perdagangan (2000), hampir 75% dari produksi rumput laut diolah menjadi keraginan, sedangkan sisanya 25% diolah menjadi aneka macam makanan, seperti manisan, es krim, dodol, agar-agar dan lain-lain.
Menurut Astawan dan Wahyuni (1991) manisan merupakan jenis makanan ringan yang diawetkan dengan menggunakan gula. Manisan digolongkan menjadi dua yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan basah diperoleh dari perendaman daging buah dalam larutan gula atau sirup, sedang manisan kering adalah manisan basah yang dikeringkan dari penirisan larutan gula.
Apabila penambahan gula pada bahan pangan dengan konsentrasi paling sedikit 40% akan menyebabkan Water Activity (Aw) menjadi rendah sehingga air di dalam bahan pangan akan terikat dan tidak dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Buckle, Edward, Fleet dan Wootton, 1987).
Beberapa penelitian mengenai manisan telah dilakukan pada berbagai jenis buah dan konsentrasi gula. Misalnya, penelitian manisan basah pisang bahwa konsentrasi gula 40% akan memberian hasil yang terbaik (Khaidir 1999). Pada penelitian manisan kering belimbing wuluh diperoleh bahwa dengan menggunakan kadar gula 60% akan memberikan hasil yang paling baik (Aryanti, 1995). Sedangkan dari hasil uji organoleptik yang dilakukan pada manisan kering jambu mete memberkan tekstur, warna dan rasa yang disukai oleh panelis dengan menggunakan konsentrasi gula 70% yang disimpan selama empat minggu (Supriadi, 2000).
Apabila gula ditambahkan kedalam bahan pangan dalam konsentrsi yang tinggi (minimal 40%), maka sebagian air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktifitas air dari bahan pangan akan berkurang (Buckle, Edwards, Fleet dan Woonton, 1987). Berdasarkan uraian di atas , maka perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penambahan gula terhadap sifat organoleptik dan kimia manisan rumput laut.

Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan gula yang tepat terhadap sifat kimia dan organoleptik manisan rumput laut.
Kegunaan Penelitan
Hasil penelitan ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan konsentrasi larutan gula yang tepat dalam pembuatan manisan kering rumput laut serta dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
Hipotesis
Untuk mengarahkan penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: diduga bahwa konsentrasi larutan gula 65% akan memberikan pengaruh yang terbaik terhadap sifat kimia dan organoleptik manisan kering rumput laut.



TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika Tanaman Rumput Laut

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan sistematika rumput laut Eucheuma cottonii adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma cottonii
(Anonim, 2009).

Morfologi Tanaman Rumput Laut
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Aslan, 1998).

Manisan Kering
Manisan kering merupakan salah satu jenis makanan awetan sebagai hasil olahan dengan metode penggulaan dan dipadukan dengan metode pengeringan. Menurut Lisdiana Fachrudin (1998) manisan kering adalah manisan yang setelah direndam air gula pekat kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering. Kadar air pada manisan kering sangat minimal dan penggunaan gula dengan konsentrasi tingi dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga manisan kering dapat bertahan lebih lama dalam penyimpanan.
Menurut Heru Prihmantoro (1990) jenis manisan yang dijual di pasaran berdasarkan bentuknya dapat dibagi mejadi 3 golongan yaitu :
a.       Manisan basah dengan larutan gula encer yaitu buah direndam dalam larutan gula encer selama beberapa waktu, sebelum dimakan. Contoh beberapa jenis manisan basah dengan larutan gula encer yaitu jambu, mangga, salak, kedondong, lobi-lobi dan gandaria.
b.      Manisan tanpa larutan gula encer yaitu larutan gula kental menempel pada buah, jenis buah yang sering dibuat manisan jenis ini antara lain lobi-lobi, dan cermai.
c.       Manisan kering dengan gula utuh yaitu sebagian gula tidak larut dan menempel pada buah, jenis buah yang sering dibuat misalnya pala, sirsak, pepaya.
Manisan kering yang beredar di pasaran beragam jenisnya baik bentuk, warna, rasa, dan penyelesaian akhir. Contoh manisan kering dalam bentuk utuh yaitu manisan kering cermai, anggur dan belimbing wuluh sedangkan contoh manisan kering dalam bentuk potongan yaitu manisan kering pala, pepaya dan nanas. Contoh jenis manisan kering berdasarkan warna yaitu coklat untuk manisan kering anggur, merah untuk manisan kering pepaya, kuning untuk manisan kering nanas dan nangka. Contoh dari manisan kering menurut rasa yaitu rasa manis untuk manisan kering nangka, pepaya dan rasa agak asam untuk manisan kering nanas, cermai, dan belimbing wuluh.

Pemanfaatan Rumput Laut dalam Pembuatan Manisan Kering
Pada umumnya pembuatan manisan kering sebagian besar menggunakan buah-buahan sebagai bahan baku, tetapi seiring perkembangan teknologi pengolahan pangan dan produk dapat bertahan relatif lama maka penulis tertarik untuk mengkaji agar rumput laut mempunyai nilai tersendiri dan dapat dikonsumsi meskipun tidak pada musimnya, yaitu dengan cara diawetkan, contoh jenis produknya yaitu manisan kering.
Dilihat dari kandungan gizi, rumput laut mengandung dietary fiber dan kandungan iodium yang cukup tingi. Menurut Hambali dkk (2004), komposisi kimia untuk rumput laut jenis Eucheuma cottonii dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut jenis Eucheuma cottonii
Komposisi
Nilai
Air (%)
13,9
Protein (%)
2,69
Lemak (%)
0.37
Abu (%)
17.09
Serat kasar (%)
0.95
Mineral Ca (ppm)
22.39
Mineral Ce (ppm)
0.121
Mineral Cu (ppm)
2.763
Ribofavin (mg/ 100g)
2.7
Vitamin C (mg/ 100g)
12
Karagenan (%)
61.52
      Sumber: Istini et all, 1989 (dalam buku Hambali dkk, 2004)
Manfaat yang diperoleh dari manisan rumput laut diantaranya adalah kandungan dietary fiber yang tinggi. Dietary fiber adalah serat makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Di dalam usus, serat ini dapat menyerap air sehingga mencegah terjadinya penyakit usus diantaranya, konstipasi dan wasir. Serat ini juga dapat mencegah kegemukan (obesitas) karena kandungan serat yang tinggi dan menurunkan kadar kolesterol. Rumput laut yang digunakan dalam pengolahan manisan, mengandung vitamin C dan kalsium. Dengan demikian, produk ini sangat bermanfaat untuk menjaga stamina tubuh dan dapat mencegah penyakit keropos tulang yaitu osteoporosis, rumput laut juga memiliki manfaat sebagai makanan rendah kalori.

 



Bahan Pembuatan Manisan Rumput Laut

Gula
Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis tetapi dalam industri pangan digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau tebu (Buckle  et al, 1987), lebih lanjut Buckle et al (1987) menyatakan bahwa gula dalam beberapa produk makanan berfungsi sebagai pengawet, seperti selai, jeli, sari buah pekat, buah-buahan bergula, chutney dan madu.
Sukrosa merupakan disakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan bahan pangan. Sukrosa dalam bentuk kristal biasanya digunakan dalam industri-industri makanan (Winarno, 1992). Sukrosa tidak mempunyai daya mereduksi sama sekali, karena gugus pereduksi dari glukosa dan fruktrosa salnga mengikat membentuk ikatan 1,2-glukosis sebagai berikut (Girindra, 1990). :




Gambar 1. Rumus Bangun Sukrosa (α-D-glukopiranosida-(1-2)-β-fruktofuranosida)
Buckle et al (1987) menyatakan bahwa penambahan gula dapat menurunkan aw, tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mengendalikan pertumbuhan mikroba, karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda juga berpengaruh terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Oleh karena itu teknik pengawetan dengan penambahan gula pada umumnya dikombinasikan dengan teknik pengawetan lainnya seperti pemanasan.

Asam Sitrat
Selama pengolahan bahan pangan, tidak dapat dihindari terjadinya penurunan zat gizi dan mutu bahan pangan, baik kualitas maupun kuantitas. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh enzimatis, fisik dan mikrobiologis (Desrosier, 1987).
Asam sitrat ditambahkan pada bahan makanan dengan tujuan sebagai antioksidan, menginaktifkan enzim pengoksidasi, mengatur pH dan mencegah reaksi pencokelatan (Prescott dan Dunn (1982) dalam Haryani, 1999).
Menurut Haryani (1999), konsentrasi asam sitrat yang terbaik pada pembuatan leather nangka adalah 0,1% agar rasanya tidak terlalu asam.

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Dengan cara ini bahan menjadi lebih awet, volumenya menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan. (Winarno, 1992)
Sebagian air dalam bahan dapat dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari jenis bahan,. Untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan, umunya dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan alat pengeringan buatan (Winarno, 1992).

Perubahan Yang Terjadi Selama Pengolahan Manisan
Kadar Air
Proses pengeringan pada umumnya melibatkan panas pada bahan pangan sehingga air yang terdapat pada bahan pangan tersebut berkurang karena mengalami proses penguapan (Desrosier, 1987).

Gula Reduksi
            Sukrosa merupakan gula non pereduksi yang jika dilarutkan dalam air dan dipanaskan , sebagian molekulnya akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa yang bersifat sebagai gula pereduksi atau disebut juga gula invert (Girindra, 1990).
Pemanasan
C12H22O11+H2O                                  C6H12O6 + C6H12O6
sukrosa                   asam lemah           glukosa      fruktosa
Gambar 2. Proses hidrolisasi sukrosa (Girindra, 1990)

pH
            pH adalah ukuran keasaman atau alkalinitas suatu larutan. Perubahan pH suatu larutan sangat penting karena dapat memberi pengaruh terhadap bahan makanan. Pertumbuhan miroorganisme dapat dikontrol dengan jalan menurunkan pH bahan makanan (Winarno, 1992).
            Menurut Winarno (1992), sukrosa bersifat netral denga pH sekitar 6,3-6,4, sehingga penambahan sukrosa kedalam bahan makanan akan dapat meningkatkan pH (menurut derajat keasaman).

Warna
            Warna bahan makanan tidak semuanya disebabkan oleh pigmen alamiah dari tanaman, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain, seperti reaksi browning baik yang enzimatik maupun non enzimatik yang dapat menyebabkan pencokelatan pada bahan pangan selama pengeringan (Desrosier, 1988).
            Buckle et al, (1988) menyatakan bahwa warna bahan pangan dapat rusak oleh panas. Pengeringan dapat mengubah kamampuan bahan dalam memantulkan, menyebarkan, menyerap atau meneruskan sinar. Selama proses pengeringan dapat terjadi reaksi pencokelatan non enzimatik.

Tekstur
Hutabean (1996) menyatakan bahwa konsentrasi larutan gula pekat menyebabkan sirup, jelly, selai dan manisan kering buah-buahan tampak cemerlang.
            Proses pengeringan dengan suhu awal yang terlalu tingi dapat menyebabkan permukaan bahan menjadi mengering lebih dahulu sebelum bagian dalamya (case hardening), akibatnya permukaan bahan menjadi keras dan keriput sehingga pengeringan selanjutnya menjadi terhambat (Winarno, 1992).

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  metode eksperimental dengan percobaan di laboratorium.

Rancangan Penelitian
            Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan perlakuan penambahan gula (A) sebagai berikut:
A1 : penambahan gula 15 %
A2 : penambahan gula 25 %
A3 : penambahan gula 35 %
A4 : penambahan gula 45 %
A5 : penambahan gula 65 %
A6 : penambahan gula 75 %
   Masing-masing perlakuan dibuat dalam tiga kali ulangan sehingga diperoleh 18 unit perrcobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisa Keragaman (analisis of variance) pada taraf nyata 5%, bila ada beda nyata antara perlakuan maka akan diuji lanjut dengan menggunakan orthogonal polynomial untuk parameter kimia dan uji lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur) untuk parameter organoleptik pada taraf nyata yang sama (Hanafiah, 1994).



Tempat dan Waktu Penelitian
Pembuatan manisan rumput laut ini dilakukan pada tanggal 5 Januari sampai 10 Januari 2011 yang akan dilaksanakan di Mataram dan selanjutnya dianalisa di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Budidaya Perairan Universitas Mataram pada tanggal 12 Januari19 Januari 2011.

Pelaksanaan Penelitian
            Pelaksanaan penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Tahap Sortasi Bahan
Bahan baku dipilih yang segar, kering, tidak berjamur, warna putih kecoklatan. Bahan yang sudah dipilih dipisahkan dari bahan yang berjamur atau tidak utuh.
2) Tahap Pencucian I
Bahan yang sudah disortasi sicuci dengan air yang mengalir sampai bersih. Kemudian bahan dibersihkan dari kotoran berupa pasir dengan cara di gosok dengan tangan sampai kotoran lepas dari bahan.
3) Tahap Perendaman bahan baku
Bahan direndam dengan air tawar sampai bahan baku benar-benar terendam. Perendaman dilakukan selama 1-2 hari, setiap 12 jam sekali air rendaman diganti dengan yang baru agar air tidak berlendir dan rumput laut dapat mengembang dengan sempurna seperti semula, karena menggunakan rumput laut kering.

4) Pengirisan
Bahan yang sudah direndam diiris dengan pisau stain less steel. Pengirisan dilakukan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan, sehingga mempercepat peresapan larutan ke dalam bahan baku manisan.
5) Tahap Perendaman dalam larutan kapur sirih
Bahan yang sudah diiris kemudian direndam dengan larutan kapur sirih 1% selama 12 jam. Tujuan perendaman dengan larutan kapur sirih, yaitu untuk memperkuat tekstur bahan baku.
6) Tahap Pencucian II
Bahan yang sudah direndam larutan kapur sirih, kemudian dicuci bersih dengan air bersih yang mengalir agar sisa-sisa larutan kapur sirih segera hilang.
7) Tahap Pemasakan
Larutan gula dimasak sehingga mendidih selama 5 menit, kemudian bahan baku dimasukkan dalam rebusan larutan gula tersebut, selanjutnya dimasak selama 10 menit. Larutan gula dan bahan yang sudah dimasak dimasukkan dalam wadah.
8) Tahap Perendaman dalam larutan gula
Ditimbang sesuai perlakuan yaitu 15% (150 g), 25% (250 g), 35% (350 g), 45% (450 g), 65% (650 g), 75% (750 g) dan masing-masing dilarutkan ke dalam 1000 ml air dan dibiarkan terendam selama 24 jam, selanjutnya larutan gula diambil untuk dipekatkan dengan cara dimasak sampai mendidih, kemudian ditambahkan asam sitrat 0,5%(pasta) dan essence aroma 1%, selanjutnya dimasukkan bahan dalam larutan gula tersebut diangkat dari api dibiarkan 12 jam, diulangi sebanyak tiga kali.
9) Tahap Pengeringan
Bahan yang sudah direndam ditempatkan pada tampah yang dialasi dengan daun pisang kering kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Selama pengeringan bahan dibolak-balik sampai bahan kering. Lama pengeringan berkisar 1-2 hari tergantung dari kondisi cuaca.
10) Tahap Pengemasan
Pengemasan merupakan proses akhir atau finishing dalam proses produksi. Pengemasan dilakukan setelah manisan kering, dengan bahan pengemas yang tidak membahayakan kesehatan. Bahan pengemas yang digunakan dari bahan plastik atau beling. Untuk lebih jelasnya uraian proses pembuatan disederhanakan dalam bentuk skema pembuatan manisan kering berikut ini :











































          

           Gambar 3. Skema Pembuatan Manisan Rumput Laut Kering

                                             
Parameter dan Cara Pengamatan
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi sifat kimia yaitu kadar air, kadar gula reduksi dan sifat organoleptik yang meliputi tekstur, rasa dan warna.

Cara Pengamatan
Kadar Air
Penentuan kadar air ini ditentukan dengan menggunakan metode Thermogravimetri dengan prosedur sebagai berikut:
1.        Ditimbang sampel yang sudah dihaluskan sebanyak 3 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.
2.        Kemudian sampel tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 1050c selama 4 jam. Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Panaskan lagi dalam oven 30 menit, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang, perlakuan diulang sampai berat konstan yaitu selisih penimbangan 0,0002 g.
3.        Perhitungan :
Kadar air (% bb) =
Keterangan:
A            = Berat botol timbang dan sampel sebelum dikeringkan (gram)
B            = Berat botol timbang dan sampel setelah dikeringkan (gram)
C            = Berat botol timbang (gram)

Kadar Gula Reduksi
Penentuan kadar gula reduksi ini dilakukan dengan menggunakan metode Luff-Schoorl dengan Prosedur sebagai berikut :
1.      Ditimbang bahan padatan yang sudah dihaluskan sebanyak 3 g dan dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan 50 ml aquades. Tambahkan larutan Pb-asetat. Penambahan bahan penjernih ini ditambahkan setetes demi setetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan pengaruh lagi. Kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas dan disaring.
2.      Filtrate ditampung dalam labu takar 200 ml. untuk menghilangkan kelebihan Pb-asetat ditambahkan Na2CO3 anhidrat atau larutan Na-fosfat 8% secukupnya, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas, digojok dan disaring. Filtrate bebas Pb bila ditambahkan Na-fosfat atau Na2CO3 tetap jernih.
3.      Diambil 25 ml fltrat bebas Pb dan ditambahkan 25 ml larutan Luff-Schoorl dalam Erlenmeyer.
4.      Dibuat pula perlakuan blanko yaitu ml larutan Luff-Schoorl dengan 25 ml aquades.
5.      Setelah ditambahkan beberapa butir batu didih. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan 10 menit.
6.      Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan ditambahkan 15 ml Kl 20% dan dengan hati-hati ditambahkan 25 ml H2SO4 26,5%.
7.      Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indicator pati sebanyak 3 ml. untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir.

Perhitungan :
Rumus ;%GR =  x 100%  dengan
ml GR = ml Na-thiosulfat blanko – ml Na-thiosulfat sample
Keterangan :
GR           = Gula Reduksi
FP             = Factor Pengenceran
Dengan mengetahui selisih antara titrasi blanko dan titrasi contoh kadar gula reduksi dalam bahan dapat dicari dengan table pada lampiran 12.

Uji Organoleptik
Uji organoleptik terhadap tekstur dan warna manisan sukun ditentukan dengan metode Scoring Test sedangkan untuk rasa ditentukan dengan Hedonic Scale Test (Kartika, Hastuti, Supartono, 1998).

Table 2. Skor Penilaian Untuk Organoleptik Rasa, Tekstur, Dan Warna
Rasa
Warna
Tekstur
1 = Sangat Tidak Suka
2 = Tidak Suka
3 = Agak Tidak Suka
4 = Netral
5 = Agak Suka
6 = Suka
7 = Sangat Suka
1 = Sangat Cokelat
2 = Cokelat
3 = Agak Cokelat
4 = Cokelat Keputihan
5 = Agak Putih
6 = Putih
7 = Sangat Putih
1 = Sangat Lunak
2 = Lunak
3 = Agak Lunak
4 = Netral
5 = Agak Keras
6 = Keras
7 = Sangat Keras
(Kartika, Hastuti, Supartono, 1998)



Alat dan Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan pada peneltian ini adalah sebagai berikut : Panci, kompor, baskom, nampan, saringan, gelas ukur, pisau, timbangan, pipet tetes, tabung reaksi, electrode, botol, erlenmeyer, alat titrasi, timbangan analitik, kertas label, eksikator, oven, tissue dan alat tulis.
Bahan Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : buah sukun, gula pasir (gulaku), serta bahan-bahan kimia seperti: aquades, larutan Kl 20%, Pb-asetat, Na2CO3 anhidrat, Amilum 1%, H2SO4 26,55, Yodium, Na-thiosulfat 0,1 N.
























DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, 1995. Pengaruh Konsentrasi Gula Dan Lama Perendaman Terhadap Beberapa Sifat Fisik Dan Kimia Manisan Kering Belimbing Wuluh (Averhoa belimbi) Setelah Disimpan (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Aslan, L. M., 1998. Rumput Laut. Kanisius. Jakarta.
Astawan, M. dan M. Wahyuni, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Akademika Pressindo. Jakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan Wooton, 1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Purnomo, H dan Adiono. Universitas Indonesia. Jakarta.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, (2000). Mataram. Nusa Tenggara Barat.
Desrosier, N.W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fachruddin, Lisdiana, 1998. Membuat Aneka Manisan. Kanisius. Yogyakarta.
Girindra, A., 1990. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.
Hambali, Erliza, 2004. Membuat Aneka Olahan Rumput Laut. Jakarta: Penebar
            Swadaya.
Hanafiah, K.A., 1994. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Haryany, N., 1999. Kajian Sifat Kimia Dan Organoleptik Leather Nangka Pada Berbagai Konsentrasi Asam Sitrat (skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Mataram.
Hutabean, T.J., 1996. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama Pengentalan terhadap Sifat Fisik dan Kimia Konsentrat Sari Buah Jambu Mete. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar