Halaman

Minggu, 11 Desember 2011

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN HIAS
“Teknik Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus) Pada Bak Terkontrol”
Oleh :
TOMY ROSADI
C1K 008 046
Kelompok I


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011

ABSTRAK
Budidaya ikan hias merupakan salah satu usaha agribisnis yang sangat potensial di Indonesia dimana dilihat dari semakin banyaknya orang yang menekuni usaha bididayanya ini. Salah satu ikan hias yang potensial untuk dibudidayakan yakni ikan komet (Carassius auratus). Ikan komet merupakan ikan yang mudah dalam pemeliharaanya dapat dipelihara di akuarium maupun kolam tanah, selain itu indukannya memiliki fekunditas yang tinggi. Namun dibalik itu ikan komet termasuk ikan yang sulit ditangani saat pemijahan. Ikan ini termasuk ke dalam kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya. Untuk mengatasi permasalahan ini dengan pemberian substrat.  Tujuan dari praktikum budidaya ikan hias ini yakni agar mahasiswa dapat mengetahui teknik pembenihan ikan komet (Carassius auratus). Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 19-27 November 2011 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan. Pada praktikum kali ini kegaiatan yang dilakukan yakni pemiijahan ikan komet pada substrat kayu apu (Pistia stratiotes) dan metode yang digunakan adalah metode deskriftif dimana dimulai dari persiapan wadah pemeliharaan dan pemijahan, dilengkapi dengan pemberian substrat kayu apu, pemilihan indukan yang berkualitas dan matang gonad, proses pemijahan, perhitungan jumlah telur dimana hasilnya per satuan luas substrat yakni 5670 butir/ cm2, pengamatan perkembangan telur dimulai dari fase pembelahan sel, blastula, fase gastrula, fase embryogenesis hingga telur menetas, pemeliharaan larva dilakukan hingga sampai 6 hari dengan pemberian pakan berupa kuning telur ayam rebus dengan frekuensi 2-3 kali sehari dimana kualitas air yang cocok bagi kehidupan ikan seperti suhu 25–32oC, DO di atas 5 ppm, pH 5,5 – 9,0 dan penyakit yang biasanya menyerang pada ikan komet yakni berupa argulus.

HALAMAN PENGESAHAN







Mataram, 5 November 2011



  Assisten Praktikum                                                                Praktikan


  Sri Wahyuningsih                                                                Tomy Rosadi
NIM : C1K 007 070                                                         NIM : C1K 008 046



BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Budidaya ikan hias air tawar ternyata mampu memberikan kehidupan bagi banyak orang yang menekuninya. Selain orang suka akan keindahan ikan hias ini, banyak pula  orang yang menggantungkan hidupnya dari membudidayakan dan memasarkan ikan hias yang jenisnya bermacam-macam. Tak jarang beberapa petani yang semula menekuni budidaya ikan konsumsi beralih menekuni budidaya ikan hias. Semua itu dilakukan karena peluang usaha dan potensi ekonomis budidaya ikan hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan konsumsi. Salah satu faktor penting dalam membudidayakan ikan hias ini terletak pada teknik pembenihannya. Dengan pembenihan yang berkualitas dan kontinyu akan memberikan hasil yang maksimal dalam budidaya ikan hias ini. Salah satu jenis ikan hias yang terkenal di masyarakat yaitu ikan komet (Carassisus auratus).
Ikan komet termasuk ikan hias yang banyak memiliki penggemar. Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet dengan peserta yang boleh dibilang sangat banyak. Selain itu ikan komet merupakan ikan yang mudah dipelihara baik itu dikolam maupun diakurium dengan fekunditas yang tinggi. Namun dibalik segala kelebihannya ikan komet termasuk ikan yang sulit ditangani saat pemijahan. Ikan ini termasuk ke dalam kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya. Jadi telur yang dikeluarkan oleh induk diletakkan pada substrat.
Berdasarkan uraian di atas permasalahan pemijahan ikan komet dapat dibantu dengan pemberian substrat sebagai tempat menempelnya telur . Ada banyak jenis tanaman air yang dapat dipakai sebagai substrat. Salah satunya dengan pemberian kayu apu (Pistia stratiotes). Oleh karena itu praktikum teknologi budidaya ikan hias ini sangat diperlukan untuk dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam mengetahui teknik pembenihan pada ikan hias khususnya ikan komet.

1.2   Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini antara lain:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus).
2.      Mahasiswa dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus).
3.      Mahasiswa dapat membedakan induk jantan dan betina yang matang gonad.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui tingkat penetasan telur pada pemijahan ikan komet (Carassius auratus).
5.      Mahasiswa dapat melihat perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan.
6.      Mahasiswa mampu membedakan antara bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi.

1.3  Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yakni dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa mengenai teknik pembenihan ikan komet sehingga nantinya dapat diaplikasikan secara langsung dalam praktek ke depannya.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Komet
Menurut Goenarso (2005), identifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqacHbzvz_Si-vOj0S6Azjc6-fSJTyyAgxmbJBiTA_1YAItq7tzazyfp9rkNzNknN8qYKQyPnIGsYKRnDcoVzkgnQBXoA88STGcE0VKngypL5gaLwdoKyqs3Tq1UMrv3bWLziar_cRjpEz/s400/ikan+komet.jpgKingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Actinopterygii
Ordo                : Chpriniformes
Famili              : Chyprinidae
Genus              : Carassius                                        Gambar 1. Ikan Komet
Spesies            : Carassius auratus
Bentuk tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak (compresed) dimana mulutnya terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Diujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham secara umum. Hampir seluruh tubuh ikan komet ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik. Sisik ikan komet termasuk sisik sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip punggung bersebrangan dengan sirip perut. Garis rusuk atau line literalis pada ikan mas komet tergolong lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Partical Fish Keeping, 2011).

2.2  Biologi Ikan Komet
2.2.1. Kebiasaan Hidup di Alam
Ikan komet di alam biasanya memijah setelah musim hujan karena pada saat musim hujan  banyak daratan yang terendam air yang telah kering pada beberapa bulan. Hal ini merangsang ikan untuk memijah pada tempat yang tergenang tersebut hal ini disebabkan karena daerah yang terendam tersebut mengeluarkan bau ampo atau bau khas dari dalam tanah sehingga merangsang induk ikan memijah ditempat itu (Anonim, 2011).

2.2.2. Siklus Hidup
       Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di alam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma), kemudian telur akan dibuahi oleh sperma dan menetas dalam waktu 2-3 hari. Setelah itu menjadi larva dan menjadi dewasa . Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim namun di habitat aslinya ikan komet memijah pada awal musim hujan karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air (Anonim, 2011).

2.2.3. Reproduksi
Ikan komet berkembang biak dengan bertelur dimana masa kawinnya pada daerah tropis pada saat awal musim hujan. Pada saat musim hujan banyaknya daratan yang terendam air sehingga ikan komet lebih dapat terangsang karena bau khas dari dalam tanah kering yang terkena air akan keluar saat itu. Ikan komet betina biasanya bertelur didekat tumbuhan di dalam air dangkal yang tertembus sinar matahari, telur–telur tersebut kemudian menempel pada akar tanaman air yang lembut (Anonim, 2011).

2.3 Pembenihan Ikan Komet
2.3.1 Seleksi Induk
Induk ikan komet yang akan dipijahkan sebaiknya dipelihara dalam tempat yang terpisah antara jantan dan betina agar pertumbuhan induk ikan opimal dan tidak terjadi perkawinan yang tidak diinginkan.  Seleksi induk ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :
Induk Jantan
o  Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.
o  Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih
Induk Betina
o  Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
o  Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan merahann Jika diurut, keluar cairan kuning bening.
Selain itu, induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar – kejaran. Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan (Anonim, 2011).

2.3.2 Pemijahan
Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan ini  memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan (Anonim, 2011).





2.3.3 Penetasan
Penetasan pada pemijahan ikan komet dapat dilakukan di media pemijahan dan dapat dilakukan dengan mengganti air media pemijahan sebanyak ¼ bagian dari total air pemijahan. Kualitas air yang baik untuk penetasan telur ikan komet adalah suhu maksimal 27-290C, oksigen 5-6 ppm, pH 6,5-7,0  dengan kecerahan yang bersih. Penetasan telur ini juga dapat ditambahkan dengan heater untuk mengoptimalkan suhu (Lingga, P., dan Heru S.,  2003).

2.3.4. Perkembangan Telur
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan peleburan ovum (sel telur) dengan spermatozoa (sel sperma), dan dihasilkan zigot. Zigot akan bermitosis terus-menerus.
Fase-fase perkembangan zigot melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Stadium Morula
            Pada perkembangan awal, zigot membelah menjadi 2,  kemudian 4, 8, dan seterusnya membentuk suatu wujud seperti buah murbei yang disebut morula. Morula mengandung banyak sel hasil mitosis yang berkumpul menjadi satu kesatuan.
b. Stadium Blastula
            Dari morula menjadi blastula. Dalam tahap ini masih berlangsung proses pembelahan sel sehingga terbentuk suatu rongga pada bagian tengah yang disebut blastosol.
c. Stadium Gastrula
            Dari blastula menjadi gastrula. Dalam tahap ini terjadi pembentukan lubang lekukan (blastopor) yang mempunyai  dua lapisan. Selanjutnya, sel-sel bagian permukaan lapisan ektoderm mengalami pelekukan ke dalam (invaginasi). Sel-sel tersebut mengisi ruang antara ektoderm dan endoderm membentuk lapisan mesoderm.

d. Organogenesis (Pembentukan Organ)
            Pada tahap ini terjadi diferensiasi (perkembangan sel-sel membentuk struktur dan fungsi khusus) dari: 1) Ektoderm menjadi kulit, sistem saraf, hidung (alat-alat indra), anus, kelenjar-kelenjar kulit, dan mulut. 2)  Mesoderm menjadi tulang, otot, ginjal, jantung, pembuluh darah, dan alat kelamin. 3)  Endoderm menjadi kelenjar-kelenjar yang mempunyai hubungan dengan alat pencernaan, paru-paru, dan alat-alat pencernaan. Setelah organogenesis selesai, selanjutnya penyempurnaan embrio menjadi fetus yang telah siap dilahirkan (larva ikan) (Gusrina, 2008).

2.3.5. Pemeliharaan Larva
 Larva ikan komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan ini bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya (Anonim, 2011).




BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1              Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum ini dilakukan pada tanggal 19 hingga 27 November 2011 di Laboratorium Budidaya Perairan Universitas Mataram.

3.2              Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1        Alat-alat Praktikum
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam budidaya ikan komet (Carassius auratus).
No.       Nama Alat                                     Fungsi
1.            Akuarium                  Wadah pemijahan dan pemeliharaan larva
2.            Aerator                      Penyuplai oksigen
3.            Mikroskop                 Membantu dalam melihat perkembangan telur
4.            Selang Sipon             Membersihkan dasar akuarium
5.            Spon                          Membersihkan akuarium
6.            Hand Counter           Alat bantu menghitung jumlah telur
7.            Pinset                        Mengambil telur yang telah terbuahi
8.            Kaca Pembesar         Melihat telur yang berukuran kecil agar terlihat

3.2.2        Bahan-bahan Praktikum
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya ikan komet (Carassius auratus).
No.    Nama Bahan                                             Fungsi
1.      Kayu Apu                                Tempat menempel telur
2.      Indukan Komet                        Bahan praktikum
3.     Koran                                   Pembungkus akuarium dalam membantu   pemijahan ikan komet
4.    Sabun Detergen                         Bahan untuk mencuci akuarium
5.    Kuning Telur Ayam                  Pakan larva ikan setelah 3 hari        





3.3              Cara Kerja
3.3.1. Persiapan Wadah
1.      Dicuci akuarium dengan menggunakan sabun detergen setelah itu dibilas dan dikeringkan.
2.      Dipasang kertas penutup (koran) pada sisi-sisi akuarium.
3.      Kemudian akuarium diisi air bersih sebanyak ¾ dari tinggi akuarium dan dipasang aerator.
4.       Dimasukan substrat tanaman air kayu apu (Pistia stratiotes) ke dalam akuarium.

3.3.2. Seleksi Induk
1.      Dicari induk ikan komet yang telah matang gonad atau yang siap memijah dengan mengurut pada bagian perutnya, jka yang  keluar telur (betina) dan jika keluar sperma (jantan).
2.      Kemudian diperhatikan kondisi tubuhnya yakni tidak cacat dan gerakannya lincah (sehat).

3.3.3. Pemijahan
1.      Indukan yang telah matang gonad tersebut kemudian dimasukan dalam akuarium dengan perbandingan jantan dan betina sebanyak 2:1.
2.      Setelah dimasukan dipasangi pula aerator sebagai penyetok oksigen dalam akuarium tersebut.
3.      Dan ditunggu ikan hingga berlangsungnya pemijahan.

3.3.4. Perhitungan Jumlah Telur
1.      Diambil telur yang telah terbuahi secara acak dengan menggunakan pinset.
2.      Kemudian dilakukan perhitungan telur dengan menggunakan alat bantu berupa hand counter. Lalu dihitung jumlah telur berdasarkan luas substrat penempelan telur dengan rumus :


    Jumlah Telur  = ∑ telur  L substrat (P  L)

 
 



Keterangan :
telur                         : rata-rata jumlah telur (butir)
L substrat        : luas substrat (cm2)

3.3.5. Perkembangan Telur
1.      Diambil telur yang telah terbuahi secara acak dengan menggunakan pinset.
2.      Kemudian dilakukan pengamatan perkembangan telur hingga fase larva dengan menggunakan mikroskop.
3.      Digambar setiap fase perkembangan embrio dan dicatat waktu pengamatannya.

3.3.6. Pemeliharaan Larva
1.      Pemeliharaan larva dimulai dari setelah cadangan kuning telur larva habis digunakan, kemudian diberi pakan tambahan berupa kuning telur ayam yang telah direbus.
2.      Selalu diperhatikan kualitas airnya terutama aerator agar larva tidak mati.
3.      Semua kegiatan ditulis dalam log book.

3.4              Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode deskriftif yaitu metode yang memberi  gambaran secara lengkap, sistematis dan faktual mengenai data atau kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata tetapi juga meliputi analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang teknik pembenihan ikan komet.
3.5              Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1) Observasi lapangan;  2) Partisipasi langsung; dan 3) Studi literature. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu berupa data yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya dan data sekunder yaitu informasi yang telah dikmpulkan dari pihak lain seperti kordinator praktikum.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah
Dalam kegiatan pembenihan ikan komet hal pertama yang dilakukan yakni mempersiapkan wadah pemijahan. Wadah pemijahan yang digunakan yakni akuarium sebanyak 2 buah yang berukuran 3030dengan ketinggian air mencapai 15 cm. Pemberian 2 buah akuarium ini dimaksudkan sebagai tempat pemeliharaan induk setelah memijah. Sebelum menggunakan wadah tersebut sebelumnya akuarium tersebut dibesihkan dan dicuci setelah itu dikeringkan hal ini bertujuan untuk menghilangkan jamur atau kotoran yang menempel pada dinding akuarium yang nantinya dapat mengganggu proses pemijahan ataupun dapat menyebabkan penyakit pada indukan. Setelah kering akuarium dipasangi koran pada sekeliling akuarium. Pemasangan koran ini bertujuan agar ikan tidak mudah stress dengan lingkungan barunya dan menciptakan suasana yang gelap sehingga ikan dapat memijah dengan cepat karena menurut Anonim (2011), secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Setelah pemasangan koran baru kemudian diberikan substratnya yang berupa kayu apu (Pistia stratiotes) sebagai tempat menempelnya telur kemudian ikan siap untuk dilepaskan dalam akuarium.

4.2  Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Dalam  praktikum ini indukan yang digunakan adalah indukan yang matang gonad yang siap memijah, untuk membuktikannya dengan memijat bagian perut ikan tersebut jika ada cairan sperma atau lur yang keluar berarti ikan tersebut matang gonad. Selain itu ikan yang dipilih harus sehat dan tidak cacat fisik dengan gerakan yang lincah. Ciri induk jantan yang matang gonad seperti pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih sedangkan untuk induk betina pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerah merahan jika diurut, keluar cairan kuning bening.

4.3. Pemijahan
Induk yang telah dimasukan dalam akuarium akan terlihat saling mengejar dan bersembunyi di bawah substratnya. Perbandingan antara jantan dan betina  yakni 2:1. Dalam pemijahan induk komet ini berlangsung pada malam hari hingga fajar. Pemijahan ikan komet dimulai saat ikan betina menggosokan tubuhnya di substrat dan menyemprotkan telurnya pada substrat. Baru kemudian diikuti oleh induk jantan yang membuahi telur tersebut. Saat pemijahan indukan tidak boleh terganggu dengan aktifitas keributan karena akan menyebabkan ikan stress dan tidak mau untuk memijah. Pemeriksaan adanya telur kemudian dilakukan pada pagi harinya. Setelah ada telurnya indukan diambil dan dipisahkan dari telur karena salah satu sifat ikan ini yakni memakan telurnya sendiri.

4.4. Perhitungan Jumlah Telur
Analisis data dengan luas substrat penempelan telur
Luas substrat (luas sebaran akar kayu apu)
Jumlah kayu apu 5 buah (diasumsikan luas akar setiap kayu apu sama)
Luas 1 akar kayu apu = P X L = 12 cm X 5 cm = 60 cm2
                                    = 60 X 5 = 300 cm2
Sample 1 sampai dengan 10 berturut-turut 16, 9, 14, 21, 10, 17, 16, 22, 54, 10
Total =189
Rata-rata = 189/10 =18,9 butir per 1cm2
Total jumlah telur = 18,9 X 300 = 5670 butir/ cm2
Jumlah telur ini sangat penting untuk diketahui dimana dalam praktikum ini didapatkan jumlah telur ikan komet dengan substrat kayu apu mencapai 5670 butir/ cm2 . Menurut Sayuti (2003), telur yang dihasilkan ikan komet dapat mencapai 1.000-2.000 butir, bahkan ada jenis ikan komet dapat menghasilkan telur hingga 8.000 butir.

4.5. Perkembangan Telur
Tabel 3. Hasil pengamatan perkembangan telur ikan komet pada setiap waktu pengamatan dan stadia perkembangan.
Tanggal
Waktu
Fase
Gambar
20/ 11/ 2011
06.45
06.55
07.05
07.15
07.25
07.35
07.45
07.55
08.05
08.15
08.25
08.35
08.45
Pembelahan 2 Sel
2sel crop
09.15
09.45
10.15
10.45
11.15
11.45
12.15
12.45
13.15
13.45
14.15
14.45
15.15
15.45
Blastula
17.45
18.45
19.45
20.45
21.45
22.45
Gastrula

21/ 11/ 2011
23.45
01.45
02.45
03.45
04.45
05.45
06.45
07.45
08.45
09.45
Embriogenesis
22/ 11/ 2011
07.55
Menetas (larva)

Fase perkembangan telur pada praktikum ini dimulai dari fase pembelahan 2 sel setelah 3 jam dari penetasan beralih pada fase blastula. Setelah fase blastula perkembangan beralih pada fase gastrula baru kemudian masuk dalam fase embryogenesis dimana pada fase itu bagian organnya telah terbentuk dan siap untuk menetas. Setelah 2 x 24 jam telur tersebut kemudian menetas. Pada tanggal 20/11/2011 jam 09.45 WITA telur diperkirakan mati (tidak akan menetas) karena sample telur yang diamati tidak mengalami perkembangan fase dan juga dipengaruhi oleh kualitas air yang tidak baik ,namun keesokan harinya telur menetas dan memasuki fase larva diperkirakan pada tanggal 22/11/2011 jam 07.45 WITA. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penetasan telur. Pada stadia morula perkembangan embrio sangat sensitif terhadap goncangan dan sel tersebut mudah lepas dari permukaan sehingga menyebabkan kematian embrio. Kekurangan O2 pada masa perkembangan embrio juga dapat mematikan embrio. Selain oksigen, suhu juga mempengaruhi perkembangan embrio dimana dalam suhu dingin perkembangan embrio dan aktivitas enzim untuk melarutkan lapisan telur sangat lambat, sehingga embrio akan berada dalam sel telur beberapa hari lebih lama dibandingkan suhu normal. Sedangkan suhu yang tinggi menyebabkan penetasan yang premature sehingga embrio tidak dapat bertahan hidup.
4.6. Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas larva ikan tidak perlu diberi makan terlebih dahulu karena masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Baru kemudian setelah 2 hari menetas larva diberi makan berupa kuning telur ayam yang telah direbus dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari pemberian pakan ini berlangsung selama 6 hari. Selama pemeliharaan larva kualitas air perlu dijaga selain itu kandungan oksigen terlarut pun perlu diperhatikan untuk menjaga kelangsungan kehidupan larva ikan komet.
4.7. Kualitas Air
Dalam pembudidayaan ikan hias air tawar khususnya pada ikan komet, parameter lingkungan yang harus terkontrol dengan baik diantaranya 1). Suhu,  suhu merupakan hal yang penting dalam menentukan pertumbuhan ikan. Secara umum, suhu yang optimal untuk pembudidayaan ikan hias adalah 25–32oC, perubahan suhu yang mendadak sebesar 5oC dapat menyebabkan ikan stres, 2) Oksigen Terlarut atau DO (Dissolved Oksigen) menjadi faktor kualitas air yang sangat kritis dan akan di pengaruhi oleh suhu air, stocking dan laju pakan. Untuk memperoleh produksi optimal, kandungan oksigen harus dipertahankan di atas 5 ppm. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya, 3) Keasaman (pH), tingkat keasaaman yang baik untuk budidaya ikan hias adalah 5,5 – 9,0 dan terakhir yang perlu diperhatikan juga yakni total nitrogen yang utama dalam bentuk amonia yang di hasilkan oleh metabolisme ikan dan ekskresi insang sebagai gas amoniak. Nilai NH3 yang optimum di perairan berkisar pada 0,5 mg/l. Kotoran ikan yang mengendap di dasar akuarium dapat memperburuk kualitas air oleh karena itu perlu dibersihkan. Cara yang dapat digunakan yakni dengan penyiponan yang dapat dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore harinya. Selain untuk membuang kotoran pada dasar akuarium penyiponan ini bertujuan pula untuk membuang air yang telah lama di bagian dasar akuarium yang mana dapat menurunkan tingkat kualitas air yang ada. Kualitas air yang tidak sesuai dengan kebutuhan biota budidaya akan membuat biota tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal bahkan akan menurunkan tingkat kelulusan hidup. Selain itu buruknya kualitas air akan memperbesar peluang ikan untuk terserang penyakit. Jadi faktor kualitas air dalam budidaya sangat perlu untuk diperhatikan.

4.8. Penyakit
Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan terhadap penyakit hal ini disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oleh hasil buangan dari ikan komet yang banyak (kotoran). Menurut Lingga (2005), beberapa penyakit yang menyerang ikan komet antara lain: 1). Bengkak insang dan badan (Myxosporesis) Dimana gejalanya seperti : tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi pendarahan, 2). Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyru) dimana gejalanya : ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada insang, 3). Gatal (Trichodiniasis) diaman gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan pada sisi kolam/aquarium, 4). Bakteri aeromonas merupakan penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal. Penyakit yang ditemukan pada praktikum kali ini yakni berupa argulus. Argulus indicus merupakan salah satu ektoparasit yang termasuk ke dalam phylum Arthropoda, kelas Crustacea, genus Argulus. Ciri-ciri parasit ini adalah bentuk seperti kutu berwarna keputih-putihan, menempel pada bagian tubuh ikan, mempunyai alat penghisap, sehingga biasa disebut juga dengan nama kutu ikan. Alat penghisap ini akan menghisap darah ikan. Oleh karena itu ikan yang terserang akan menurun pertumbuhannya serta akan mengakibatkan pendarahan pada kulit. Biasanya penyakit ini masuk ke akuarium atau wadah budidaya yang lain melalui pakan hidup yang berasal dari hewan akuatik namun dalam praktik ini pakannya tidak berupa hewan akuatik melainkan kuning telur rebus sehingga kontaminasi dapat saja berasal dari peralatan praktik atau pakan yang diberikan.


BAB V. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan dan pembahasan di atas antara lain:
1.        Kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus) dimulai dari persiapan wadah, pemilihan induk yang baik, proses pemijahan, perhitungan jumlah telur hingga pemeliharaan larva.
2.        Dalam pembenihan ikan komet pemberian substrat sangat penting karena salah satu sifat dari telurnya yakni adhesive (menempel).
3.        Jumlah telur yang dihasilkan dalam per satuan luas substrat (kayu apu) adalah 5670 butir/ cm2 .
4.        Perkembangan telur ikan komet yang dapat diamati dalam praktikum ini dimulai dari pembelahan sel, fase blastula, fase gastrula, dan fase embriogenesis hingga menetas.
5.        Ciri induk jantan yang matang gonad yakni terdapat bintik-bintik bulat menonjol pada sirip dada dan jika diraba terasa kasar, jika perut diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih sedangkan untuk induk betina perut terasa lembek dan lubang genital kemerah merahan jika diurut, keluar cairan kuning bening.
6.        Telur yang terbuahi berwarna kuning transparan sedangkan yang tidak terbuahi berwarna kuning keruh.
7.        Menjaga kualitas air seperti suhu, DO, pH dan nitrogen agar tetap sesuai dengan kebutuhan ikan akan menjaga ikan tetap sehat dan memperkecil timbulnya penyakit.




DAFTAR PUSTAKA


                        , 2011. Budidaya-Ikan-Komet. http://dederintit.blogspot.com/2009/04/budidaya-ikan-komet.html. Diakses 1 Desember 2011.
            , 2011. Ikan_Mas. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas. Diakses 1 Desember 2011.
            , 2011. Laporan Praktikum Budidaya Ikan Komet. http://dc357.4shared.com/doc/LLbrTjaw/preview.html. Diakses 1 Desember 2011.
Budiman A.,Agus dan Lingga P. 2005. Maskoki. Penebar Swadaya. Jakarta.

  Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Untuk SMK. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lingga, P., dan Heru S. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Partical Fish keeping, 2011. http://www.particalfishkeeping.co.uk/pfk/pages/em.php.news=547. Diakses 1 Desember 2011.

Sayuti. 2003. Budidaya Koki Pengalaman Tulung Agung. Agromedia Pustaka. Depok.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar